Advertisement

Responsive Advertisement

[TIPS] 3 Alasan Kenapa Kamu Harus Nulis

Halo? Apa kabar? Semoga baik :)

Pekan ini saya akan menjelaskan tentang “menulis”. Topik ini diusulkan oleh salah satu friend facebook saya. Sekalipun berbeda dengan topik-topik bahasan sebelumnya, tapi nampaknya akan sangat menarik membahas hal ini. Yuk ikuti tulisan saya :)

Baca dulu INTROnya ya...

Komunikasi di dunia ini ada empat jenis; mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Mendengar dan membaca adalah kemampuan reseptif (menerima informasi) sedangkan berbicara dan menulis adalah kemampuan produktif (memberi informasi).

Nah, dari empat jenis komunikasi ini, mengapa menulis yang menjadi pilihan?

Izinkan saya untuk mem-provokasi Anda dengan 3 alasan ini :)


Menulis itu Menyembuhkan

Menulis, buat saya adalah ‘penyembuhan’. Saat saya ingin ‘menyembuhkan diri’ dengan menulis, biasanya saya menulis kejadian menyedihkan tapi mengambilnya dari sudut pandang hikmah.

Praktiknya, menulis sebagai penyembuhan ini misalkan begini :

Suatu hari, aku mempresentasikan sebuah materi di kelas. Tapi saat itu ada seseorang yang berusaha menjatuhkanku di depan orang banyak termasuk dosen. Dan rupanya dia berhasil menjatuhkanku! Karena kejadian itu, aku merasa malu, gugup bahkan terpuruk.


Nah, untuk masalah seperti ini, biasanya saya tulis kemudian berikan kesimpulan apa hikmah dibaliknya. Sesuatu seperti, “berprasangka baik saja... Ini cara Allah mengingatkan agar lebih banyak baca.” Atau berterima kasih, karena dia –yang ingin menjatuhkan di depan orang banyak- rupanya menganggap kita lebih hebat darinya. Kalau orang lain ingin menjatuhkan, berarti posisi kita lebih atas kan?

Kembali ke laptop. Pertanyaan selanjutnya mungkin,”Apa yang harus ditulis?

Tulislah apa saja yang kita rasakan dan kata apa saja yang terlintas di kepala. Jangan khawatir tulisanmu buruk. Kita belum masuk sesi editing tulisan. Jadi, jangan dulu di edit. Apalagi baru selesai satu paragraf udah dibaca ulang, terus di edit, ditambah, dikurangi dan hasilnya tulisan kita tak pernah selesai.

Selain bikin lega, secara pribadi saya mengalami kalau menulis apa yang kita rasakan ini melatih diri untuk lebih jujur lagi tentang apa yang sedang dirasakan; mengapa kita merasa kesal atau sedih? kira-kira apa sebabnya orang itu mau menjatuhkan kita? apa yang membuat kita khawatir ? pelajaran apa yang bisa diambil dan seterusnya.

Perlu dicatat, menulis sebagai penyembuhan ini tidak hanya harus menulis perasaan sedih. Saya pun pernah menulis perasaan bahagia. Tujuannya adalah untuk dibaca ketika saya sedih. Menjadi pengingat kalau sebelum kesedihan ini datang, kita pernah kok merasakan hal menyenangkan.

Hidup ini tentang bertukar peran kan?

Contoh tulisan saya untuk penyembuhan bisa klik di sini

Menulis = berpikir sistematis

Kalau cara seseorang menulis itu mengalir dan rapih, besar kemungkinan cara berpikirnya pun tertata. Hal ini berlaku pula sebaliknya.

Selama kuliah, saya belajar untuk membuat karya ilmiah (mulai dari makalah sampai skripsi) yang ketat dengan sistematika. Nah ini sebenarnya pendidikan agar bisa rapi dalam menulis, selanjutnya rapi dalam berpikir.

Seperti karya ilmiah yang mulai dari judul, kemudian diikuti latar belakang masalah, kemudian masuk ke bagian selanjutnya, dan sampai akhirnya selesai, berpikir pun harus begitu. Runut dari awal, jangan tiba-tiba pembahasan dan kesimpulan.

Karena menulis = berpikir sistematis, saya berpendapat kalau...

Menulis itu KEREN

Sejak dulu (SMP-SMA) saya agak kesulitan menyampaikan pendapat melalui lisan. Naaah jadi saya memilih menyampaikan pendapat melalui cara lainnya, walaupun dulu lebih dominan membuat gambar dibanding tulisan hehehe.

Bagian yang paling menyenangkan dari menulis adalah saat kita bisa bermain di medan tafsir pembacanya.

Saat saya menulis kata “sekolah” misalnya,

saya membayangkan “sekolah” dengan imajinasi saya sendiri, kemudian pembaca pun membayangkan sekolah dengan imajinasinya sendiri.

Jadi kalau saya punya 100 pembaca, artinya ada 100 imajinasi tentang sekolah juga. Dan banyak orang merasa bahagia saat imajinasinya dibawa oleh cerita, mengajak mereka menjadi aktor atau aktrisnya.

Sisanya, menulis itu jadi keren ya bisa karena penulis itu punya banyak wawasan dan punya karya; alat yang akan jadi 'kartu nama' bagi pemiliknya.


Oke, sekian yang bisa saya bahas. Semoga bermanfaat :)

Posting Komentar

9 Komentar

Agung Rangga mengatakan…
jadi tambah semangat untuk menulis. :D
Trias Abdullah mengatakan…
Alhamdulillah :)
DoNurdians mengatakan…
yap bener sekali mas...menulis itu keren. dengan menulis kita bisa mencurahkan isi kepala dan mencari eksitensi yang baik

salam kenal dan semangat menulis
ali shodiqin mengatakan…
setelah baca ulasan di atas, langsung berfikir,.. semangat banget menulis ini jadinya,..
Trias Abdullah mengatakan…
Saya sependapat. Salam kenal juga mas Do :)
Trias Abdullah mengatakan…
Alhamdulillah semoga ada manfaatnya :)
Trias Abdullah mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Trias Abdullah mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Triani Retno A mengatakan…
Menulis itu mengikat makna...supaya nggak lupa dengan yang pernah dibaca dan dialami :)

Salam kenal, ya :)