Advertisement

Responsive Advertisement

Aysel dan Doanya

Suatu hari, Aysel kehilangan dompet di super market. Dompet itu pemberian seseorang pada lebaran 1444 lalu.

Sepulang kerja, Aysel menghampiri saya. Saya menyimpan lelah. Saya siap mendengarkan cerita Aysel.

"Aba, liat! Aysel bikin ini" Aysel menunjukkan sebuah 'dompet', "sekarang, kalau Aysel mau simpan uang, tempatnya di sini."

Saya memperhatikan jari-jarinya yang kecil sedang memegangi 'dompet'. Sebenarnya lebih mirip amplop. Bedanya, Aysel melipatnya sendiri dan menambahkan sejenis gambar ayam di sana. 

Saya bertanya pada Ressa apa saja isi dompet yang hilang itu. Ternyata beberapa uang koin ditambah gelang kesayangan Aysel.

"Mau Aba cariin lagi dompetnya?" tanya saya, "Aysel mau warna apa?"

"Nanti aja kalau Aysel ke super market" jawab Aysel, "Aysel mau cari dompetnya. Kayanya jatuh deket odong-odong deh."

Tanpa pikir panjang, saya memesan dompet dan gelang untuk Aysel di market place. Tak sampai seminggu, dompet dan gelang datang. Aysel sangat senang.

Beberapa hari setelahnya, Aysel kelihatan tak bersemangat. Matanya sayu. Ada semacam bekas sengatan di bawah mata kanannya. Saya tak begitu yakin, tapi Aysel bilang itu terkena setang sepeda.

"Kalau Aysel udah sembuh, kita ajak anak-anak ke taman cimahi yuk?" saya minta pendapat pada Ressa, "aku pengen nyenengin Aysel."

Beberapa hari kemudian, Aysel sembuh. Saya dan Ressa bersiap menyusun rencana ke taman Cimahi.

"Temenku ngasih kabar" kata Ressa suatu malam, "ada tiket main gratis buat Aysel & Ashraf."

Saya menanyakan nama tempatnya. Satu tiket senilai seratus ribu. Dua ratus ribu untuk dua anak. Dan ini diberikan gratis untuk Aysel dan Ashraf.

Saya membatalkan rute tujuan taman Cimahi. Aysel dan Ashraf main di Kidzoona hingga jelang buka puasa. Saya dan Ressa berbuka puasa di sekitaran sana.

"Ga kebayang bakal ke PVJ" kata Ressa. Saya menggelengkan kepala. Aysel & Ashraf senang bukan main. Kami masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Rencananya main di play ground taman Cimahi, malah ke Sukajadi.

Aysel & Ashraf melakukan role playing game sebagai pemadam kebakaran kota Kidzoona.


"Aysel berdoa apa sih?"  tanya saya, "sampe Allah kasih tiket main di Kidzoona."

"Aysel cuma berdoa" jawab Aysel polos, "minta gelang aja."

Saya tersenyum geli. Tak ada prompt main di playground dalam doa Aysel. Allah saja yang Pemurah; mintanya satu, malah diberi lebih dari itu.

Mengingat hari itu, dada saya bergemuruh. Ketika menulis tulisan ini, saya jadi lebih terbata-bata dibanding biasanya. Ternyata, Allah sangat baik pada saya. Allah sangat baik pada keluarga saya.

Saya tak punya kata-kata lainnya.

Terima kasih ya Allah, terima kasih karena telah Mengasuh seluruh semesta. Termasuk, keluarga saya.

Posting Komentar

0 Komentar