Advertisement

Responsive Advertisement

Menyerah Bukan Pilihan

A man offering prayer in main hall of Badshahi Masjid (sumber : Chill Gondal)


Malam itu malam pertama Ramadan 1445 Hijriyyah. Saya berdiri untuk tarawih di teras masjid dekat rumah.

Di tengah tarawih, kaki saya pegal ketika imam membaca surat yang sangat panjang. Saya rindu kalimat Allahu Akbar lebih dari biasanya.

Di rumah, saya membaca pengalaman umrah pak Afif Farhan. Konon, durasi shalat tarawih di Masjidil Haram mencapai 20 menit per rakaat. 220 menit jika dikali 11 rakaat, atau setara 3,6 jam.

"Kuat ga ya kalau shalat di sana?" batin saya, "Kenapa sih harus panjang banget?."

Pada bulan Ramadan, Allah menggandakan kebaikan berkali-kali lipat. Termasuk detik demi detik yang kita habiskan untuk tarawih. Angka pengalinya Allah tambah sekian digit. Semakin lama kita shalat, semakin besar juga pahala yang kita dapat.

Kabar baik bagi saya, karena ini semacam flash sale. Dengan pengorbanan yang lebih sedikit, saya mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.

Kabar buruknya, 'flash sale' ini hanya berlangsung sebulan. Jika tak saya manfaatkan, saya harus menunggu 12 bulan lagi. Jika tak saya manfaatkan, saya akan menyesal. Berkali-kali lipat lebih menyesal dibanding flash sale mobil harga Rp.1 di Shopee yang gagal saya checkout.

Saya merenung. Mereka yang berdiri 3 jam lebih di Masjidil Haram adalah mereka yang berdiri dengan iman. Bukan dengan kaki. Jadilah mereka bisa sekuat itu.

Saya merenung. Ternyata, inilah sebabnya selama ini saya mudah patah. Ringan mengucap kata menyerah. Ternyata, saya tak berdiri dengan iman. Saya melakukan sesuatu karena saya percaya bahwa saya bisa. Bukan karena percaya bahwa Allah akan menguatkan saya.

Menyerah bukan pilihan ketika hati menyalakan keimanan.

Saya akhirnya paham, mengapa Allah tak memanggil semua orang pada ayat perihal Ramadan. Mengapa Allah hanya memanggil orang yang dihatinya menyala keimanan.

Karena sejatinya, yang sanggup menapaki jejak-jejak Ramadan adalah mereka yang berdiri dengan iman. 

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kami agar kamu bertakwa." (QS Al Baqarah : 183)

Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Posting Komentar

0 Komentar