Advertisement

Responsive Advertisement

Telinga Mendengar Orang yang Buta

sumber: aic.cuhk.edu.hk
Pagi itu saya menjalani hari sebagai seorang mahasiswa yang masuk kelas pagi, tepatnya pukul 07.00 WIB, mahasiswa sudah harus tiba di kelas. Dalam perjalanan, saya mendengarkan radio dalam handphone yang disambung dengan kabel ­headset menggantung di telinga kiri, dan satunya lagi tidak saya pasang untuk menjaga kaburnya pendengaran saat mengendarai sepeda motor. Tidak disangka isi informasi dalam radio itu menggerakkan hati untuk sejenak merenung, di dalamnya  diperdengarkan ungkapan anak perempuan buta yang membayangkan cantik wajah mamahnya (ibunya), suaranya lembut namun tegar menerjang bayang putus asa, nadanya lirih namun fasih memotivasi kita melihat dunia yang lebih jernih. Tidak banyak kata yang dituturkan, namun banyak hal yang dipikirkan pendengar. Hingga pada puncaknya, muncul pertanyaan, bagaimana bila kita menjadi orang buta?

Dunia ini penuh ciptaan Allah yang begitu indah baik indah untuk dilihat maupun indah untuk didengar, atau lembut dan kasar untuk di raba. Semua itu diciptakan Allah Swt untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, sungguh celakalah kita jika mendustakan semua nikmat yang Ia karuniakan kepada kita semua. Bagaimana kita dapat menikmati berbagai pemandangan alam yang indah dengan langit biru yang terbentang luas tanpa batas dari timur ke barat, pepohonan yang rindang dan sejuk yang kadang tanpa kita sadari banyak membantu kelangsungan hidup kita, dan semua keindahan alam beserta seluruh kekayaan dan potensinya yang belum tergali sepenuhnya hingga saat ini.

Dari sekian banyak nikmat Allah Swt yang kita rasakan, ternyata banyak nikmat yang kita tidak sadari dibanding dengan nikmat yang kita sadari. Maka di sini muncul fungsi ibadah menjadi rasa syukur kita kepada Allah Swt atas segala karunia-Nya yang membuat hidup kita begitu sistematis. Bagaimana Allah memberi nikmatnya menghirup udara yang untuk sebagian orang sakit sangat sulit dan membutuhkan biaya yang besar, bagaimana Allah memberikan kita nikmat bergerak dengan leluasa tanpa adanya kekakuan pada sendi layaknya robot yang ditemukan manusia akhir – akhir ini sehingga kita bisa beraktivitas dengan lancar sesuai dengan kebutuhan kita. Selain nikmat yang nampak, banyak sekali nikmat yang mungkin sama sekali kita tidak tahu bagaimana karunia itu berpengaruh besar bagi diri kita, mungkin sering kali kita melupakan siapa yang mengatur jalanya peredaran darah pada tubuh kita, sehingga kita tidak perlu mengarahkan alur darah agar sesuai dengan kebutuhan hidup, siapa yang mengatur berfungsinya ribuan komponen sel dalam tubuh manusia, dan kadang kita sama sekali tidak ingat siapa yang mengatur proses bernafas sehingga yang terhirup adalah oksigen, dan yang dikeluarkan adalah karbon dioksida. Begitu banyak nikmat yang tidak syukuri secara utuh, kita terlalu sibuk dengan hal – hal yang buruk, terpesona dengan kekurangan yang sebenarnya adalah karunia yang menjauhkan kita dari hal – hal yang keji jika banyak kelebihan dilimpahkan pada kita.

Mari kita pikirkan sejenak mata yang telah Allah Swt karuniakan kepada kita semua, dengannya kita bisa membaca buku dan menyelami berbagai ilmu, melihat keindahan, bertasbih memuji Allah yang telah menciptakan berbagai hal di dunia dengan sempurna. Namun terlepas dari semua itu, tidak banyak waktu yang kita pakai untuk  memikirkan bagaimana bila kita buta? kita tidak lagi melihat berbagai warna yang indah, alam yang memesona, yang ada hanyalah gumpalan hitam yang terus menggulung mendekat dan menjauh, ruangan yang gelap dan hampa tanpa cahaya yang menerobos, serta keheningan yang mencekam dilanda kesepian yang membungkam.

Kadang kala ada pemikiran dalam otak kita, jika kita melakukan hal yang tidak lebih istimewa daripada saudara-saudara kita buta, lantas apa perbedaan kita dengan mereka? Mereka tidak membaca buku karena kurangnya penglihatan, dan sedikit sekali buku – buku yang ditulis dalam huruf braille, namun kebanyakan dari kita tidak membaca buku bukan karena mata yang tidak bisa melihat, namun mata yang malas untuk membaca. Maka jika kita tarik garis tengahnya, tidak ada perbedaan antara mereka yang sulit untuk membaca, dan kita yang tidak mau membaca. Jauh dari hal itu, tidak banyak karya kebaikan yang kita torehkan selama mata ini menempel pada cekungan kerangka kepala, padahal boleh jadi jika saudara-saudara kita yang buta itu bisa melihat, mereka dapat memberikan manfaat kepada sesama jauh lebih banyak daripada yang kita lakukan.

Dalam hal ini satu hal yang tidak boleh kita lupakan, mereka yang buta bisa saja gelap dalam penglihatan, namun mereka tidak buta hati seperti kita kebanyakan. Jika mata kita bisa melihat, namun hati kita dibutakan oleh dunia, maka pada hakikatnya lebih baik mereka yang buta, namun hati mereka bisa melihat mana yang baik, dan mana yang buruk.

Mari gunakan penglihatan ini jauh lebih bermanfaat lagi, agar karunia yang Allah berikan bisa maksimal dalam penggunaannya untuk melihat kebaikan dan hal yang mendukung kebenaran.

Posting Komentar

0 Komentar