Advertisement

Responsive Advertisement

Nasib Bahasa Indonesia pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

sumber : https://informasicoins.files.wordpress.com/
Tahun 2014 adalah tahun terdekat menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dibuka bulan Desember 2015. MEA terus menerus didengungkan oleh pemerintah karena ini penting menyangkut kesejahteraan di negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia. MEA adalah sebuah pasar tunggal di kawasan negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk mengundang penanaman modal asing yang diharapkan bisa membuka lapangan pekerjaan baru dan memperbaiki kesejahteraan di negara-negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini memungkinkan dibukanya arus perdagangan barang dan jasa juga tenaga pekerja profesional (Tenaga medis, akuntan, pengacara dll). Dampaknya, persaingan tenaga kerja  semakin ketat karena pekerja Indonesia akan bersaing dengan pekerja-pekerja dari sembilan negara ASEAN lainnya.

Para pekerja yang saling 'lompat pagar' negara tentu harus memiliki bahasa yang disepakati untuk berinteraksi. Bayangkan saja jika dalam satu kantor ada tiga orang dengan tiga negara yang berbeda secara rumpun bahasa, tentu mereka tidak bisa menggunakan bahasa masing-masing negara untuk berinteraksi. Disini perlu ada satu bahasa yang disepakati.

Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang diusulkan menjadi bahasa ASEAN. Tahun 2013 lalu, Gita Wirjawan
yang saat itu menjabat sebagai menteri perdagangan mengungkapkan usulannya saat menjadi keynote speaker pada salah satu seminar di Jakarta (1). Bahasa Indonesa patut dibanggakan karena bisa menjadi bahasa pemersatu ratusan etnis yang tersebar di ribuan pulau Indonesia. Selain itu, bahasa Indonesia pun yang merupakan rumpun bahasa Melayu merupakan bahasa dengan jumlah penutur terbanyak ke-7 di dunia.

Kalau saja bahasa Indonesia ini resmi menjadi bahasa ASEAN, kita berada di atas angin dalam urusan bahasa dalam arti kita tidak perlu adaptasi dengan belajar bahasa asing untuk berkomunikasi (walaupun penguasaan bahasa Inggris tetap saja menjadi hal yang penting).

Indonesia sebagai negara ASEAN dengan jumlah penduduk terbesar tentu memiliki daya tarik pasar yang potensial. Karenanya, hari ini banyak orang di negara-negara ASEAN tertarik mempelajari bahasa Indonesia(2). Di satu sisi hal ini bisa menguntungkan kita karena bisa saja nanti perusahaan di Indonesia maupun di luar Indonesia menggunakan syarat 'mampu berbahasa Indonesia' sehingga menutup kemungkinan tenaga kerja Indonesia yang tidak bisa bersaing di negeri sendiri sekaligus membuka harapan tenaga asal Indonesia bisa mudah diterima di luar Indonesia dengan akses bahasa.

Terakhir, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini harapannya bisa berjalan sesuai peruntukannya ; membuka lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di negara ASEAN. Semoga kita siap menghadapinya! 

(1) http://www.republika.co.id/berita/internasional/asean/13/10/28/mvdahx-gita-wirjawan-usulkan-bahasa-indonesia-jadi-bahasa-resmi-asean 
(2) http://economy.okezone.com/read/2014/05/20/320/987506/jelang-pasar-bebas-banyak-warga-asean-belajar-bahasa-indonesia

Posting Komentar

0 Komentar