Tulisan ini dibuat setelah menyelesaikan penyusunan
makalah dan presentasi mata kuliah Nushus Adab di Jurusan Pendidikan
bahasa Arab Universitas Pendidikan Indonesia. Analisis syiir imam Syafii ini
sebenarnya cukup panjang tertulis dalam makalah, namun berikut saya ringkas
untuk menjadi bacaan ringan, namun penuh manfaat.
Syiir ini dikarang oleh Muhammad Idris asy-Syafii. Kita
lebih mengenal beliau sebagai ahli jurisprudensi (fiqh) dan termasuk dalam
empat imam mazhab. Ya, Muhammad Idris asy-Syafii lebih kita kenal dengan nama
Imam Syafii. Berikut adalah salah satu syiir yang beliau karang :
“Biarkanlah hari demi hari berbuat sesukanya # Tegarkan dan lapangkan jiwa tatkala takdir
menjatuhkan ketentuan.”
“Janganlah
engkau terhenyak dengan musibah malam yang terjadi # Karena musibah di dunia ini tak satu pun yang bertahan
abadi.”
“Maka jadilah engkau lelaki sejati tatkala
ketakutan menimpa # Dengan
akhlakmu; kelapangan dada, kesetiaan dan integritas.”
“Betapapun aibmu bertebaran di mata makhluk # Dan engkau ingin ada tirai yang menutupinya.”
“Maka tutupilah dengan tirai kedermawanan,
karena segenap aib # Akan
tertutupi dengan apa yang disebut orang sebagai kedermawanan.”
“Jangan sedikitpun memperlihatkan kehinaan di
hadapan musuh # Itu akan menjadikan mereka merasa
di atas kebenaran disebabkan berjayanya mereka, sungguh itulah malapetaka yang
sebenarnya.”
“Jangan
pernah kau berharap pemberian dari Si Bakhil # Karena pada
api tidak ada air bagi mereka yang haus.”
“Rizkimu tidak
akan berkurang hanya karena sifat tenang dan tidak tergesa-gesa # Tidak pula rizkimu itu bertambah dengan ambisi dan
keletihan dalam bekerja.”
“Tak ada kesedihan yang kekal, tak ada
kebahagiaan yang abadi # Tak ada
kesengsaraan yang bertahan selamanya, pun demikian halnya dengan kemakmuran.”
“Manakala
sifat Qanâ’ah senantiasa ada pada dirimu # Maka antara
engkau dan raja dunia, sama saja.”
“Siapapun yang dihampiri oleh janji kematian # Maka tak ada bumi dan tak ada langit yang bisa
melindunginya.”
“Bumi Allâh itu teramat luas, namun # Tatakala takdir turun ,maka tempat
manapun niscaya kan terasa sempit.”
“Biarkanlah hari demi hari melakukan
pengkhianatan setiap saat ** Toh, tak satu pun obat yang bisa menangkal
kematian.”
Setelah kita membaca syiir (puisi) di
atas, bisa kita petik pelajaran :
1. Setiap
hari yang selalu kita lalui hakikatnya selalu memiliki dua potensi yang
terjadi, yaitu : kesedihan dan kebahagiaan. Kita harus siap menghadapinya,
karena itu sudah menjadi hal yang pasti terjadi.
2. Kala kesedihan
datang, jangan terlalu berlarut-larut. Kesedihan itu layaknya malam yang
memiliki batas waktu. Kesedihan akan hilang seiring waktu sebagaimana malam
yang luntur jika mentari fajar terbit.
3. Saat
kesedihan datang, tetaplah tegar, tetap pada akhlak yang baik.
4. Saat
tidak mendapat balasan dari yang selalu kita berbuat baik padanya, janganlah
bersedih, bisa jadi balasan kebaikan tidak datang dari orang yang sama.
5. Tenanglah.
Kebahagiaan atau keburukan di dunia ini, tidak akan berarti jika kematian sudah
datang menjemput. Jadi, jangan terlalu berlarut-larut dengan keduanya.
0 Komentar