Apa yang membuatmu takut di dunia
ini? mungkin kehilangan sesuatu.
Bagiku, membayangkannya saja mungkin
sudah membuat takut. Sesuatu seperti kehilangan orang-orang dicintai, kehilangan
barang-barang elektronik yang fungsinya sering digunakan setiap hari, atau kehilangan
hal-hal semacam kesehatan yang harganya baru disadari jika sakit nanti.
Kehilangan seseorang atau sesuatu
adalah bagian dari hidup ini. Di dunia, tidak ada kebersamaan yang waktunya
panjang dan berulang. Kecuali amal baik dan buruk yang melekat pada diri yang
menemani hingga akhirat nanti.
Darinya kita tahu, kehilangan
adalah bagian dari hidup ini. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, siap
atau tidak siap, kita tetap kehilangan sesuatu.
Barangkali kini kamu menyadari
ini; seorang guru akan kehilangan muridnya, umumnya saat mereka lulus. Pun
seorang murid akan kehilangan gurunya, mungkin saja sebabnya karena pensiun.
Seorang anak akan kehilangan orang tuanya saat meninggal, pun demikian
sebaliknya.
Menyadari semua yang ada di dunia
akan menghilang akan membuatmu takut. Aku pun begitu. Namun, nampaknya itu
sudah hukumnya. Tak lebih tak kurang.
Saat ini, aku dan kamu sedang
menunggu waktu yang akan memperkenalkan kita pada keadaan di mana satu sama
lain akan kehilangan. Hal yang sama terjadi pada langit dan ketinggian, bumi
dan keindahan, sejuk dan pepohonan, gunung dan kesunyian, semua akan berpisah
satu sama lain dengan atau tanpa perpisahan.
“Bagaimana jika aku
kehilanganmu?” barangkali kamu akan menanyakan itu. Jika hari itu datang, kamu
hanya bisa bersabar. Hal yang sama yang aku lakukan jika aku kehilanganmu.
Aku bersabar, karena aku tak tahu
cara lainnya. Apa saja yang hilang, selalu menghadirkan penggantinya kan? Aku
percaya Tuhan selalu sempurna mengganti semuanya, sekalipun kita selalu cacat
memahaminya.
“Benarkah begitu?” mungkin kamu
akan bertanya lagi. Ragu dengan kata-kataku.
Barangkali tadi pagi bahagia dan
semangatmu hilang dirampas klakson panjang motor karyawan yang buru-buru masuk
kantor. Tapi, mungkin saja Tuhan akan memberikan ampunan sebagai gantinya
karena istighfar dan elus dada yang coba kamu lakukan sebagai bentuk
sabar.
Barangkali beberapa hari kedepan
kamu akan kehilangan orang tuamu sebentar atau lama sekali. Namun, mungkin saja
Tuhan akan memberikan kemandirian sebagai gantinya karena usaha dan tekad yang
kamu peragakan.
Lebih dari itu, sebenarnya ada
yang tak pernah hilang.
Ia adalah Tuhan. Benar. Kita akan
terus memilikinya selamanya.
Ia selalu memperhatikan kapan
saja dan di mana saja. Ia lebih peduli dari siapapun yang kamu dambakan. Boleh
jadi kamu kehilangan orang-orang yang kamu cintai, atau kehilangan
barang-barang yang kamu rawat sepenuh hati. Tapi, kamu tidak akan pernah
kehilangan Tuhanmu. Ia tetap menjagamu dalam keadaan dirimu sadar atau tidak,
selalu.
Maka dari itu, jika kehilangan
sesuatu aku berusaha meredam sedih, merapikan sesal, kemudian menatanya menjadi
perasaan-perasaan yang harus didaur ulang menjadi sebuah pelajaran. Setelah itu
menyadari sesuatu; Mungkin aku kehilangan seseorang atau sesuatu, namun aku
tak pernah kehilangan Tuhanku.
1 Komentar