Advertisement

Responsive Advertisement

Kalau Kerja Cuma Buat Uang, Pasti Capek

Ashraf,

Kalau Aba diminta bercerita tentang seribu profesi yang ada di dunia, Aba akan memulainya dari satu profesi yang paling dekat di hati: guru ngaji, guru Iqro.

Aba pernah jadi guru Iqro, lima tahun lamanya. Mengajar di tempat yang jauh, naik turun gunung, lima belas menit dari rumah Nenek. Tak ada gaji tetap, tak ada fasilitas mewah, tapi Aba senang. Karena saat itu, Aba merasa atasan langsung Aba adalah Allah.

Waktu itu, Aba tidak berharap banyak pada manusia. Bukan karena tak percaya, tapi karena Aba tahu, terkadang manusia pun berjuang untuk dirinya sendiri. Aba tak berharap pada ibu kepala sekolah, karena beliau justru yang paling banyak berkorban. Aba tak berharap pada orang tua murid, karena sebagian besar mereka justru perlu dibantu. Aba pun tak berharap pada pemerintah, karena mereka sedang sibuk dengan urusan lain.

Tapi anehnya, justru di titik itulah hati Aba terasa lapang. Rasanya Aba tak pernah capek.

Lalu, apakah Ashraf juga harus jadi guru ngaji?

Anak-anak di negara maju memulai "karir" mereka sebagai relawan. Mereka membangun kebiasaan volunteerism sejak dini. Program mereka sederhana, tapi dampaknya besar. Ada yang mengajar bahasa, ada yang berkampanye tentang pentingnya mencuci tangan dengan sabun. Mereka belajar memberi sebelum meminta.

Mengajar Iqro membuat Aba banyak berkorban. Tapi lebih dari itu, Aba merasa berguna. Seperti sedang menyelamatkan dunia, meski hanya dengan satu huruf, satu ayat, satu anak yang belajar mengaji.

Kelak, Ashraf boleh memilih jalannya sendiri. Ashraf boleh menjadi apa saja. Mau jadi dokter, insinyur, seniman, atau bahkan petualang—selama Allah menyukainya, maka lakukanlah. Tapi ingat, Nak, ini bukan soal apa yang Ashraf kerjakan. Ini soal mengapa Ashraf melakukannya.

Jika Ashraf bekerja hanya untuk sertifikat, tepuk tangan, atau pujian orang, berhentilah sejenak. Karena semua itu akan terasa kosong pada akhirnya.

Tapi jika Ashraf melakukannya untuk Allah, Ashraf akan punya energi yang tak habis-habis. Allah akan membayar dengan cara yang tak selalu terlihat. Uang, kendaraan, ketenaran, kepercayaan orang lain—semua itu hanya efek samping.

Nak, kemuliaan bukan tentang profesi apa yang kita jalani. Bukan tentang menjadi guru ngaji atau tidak. Tapi tentang niat di dalam hati. Tentang obsesi yang kita kejar.

Jika obsesi itu terbatas pada angka-angka dan benda-benda, kita akan kecewa di ujungnya. Tapi jika obsesi kita menembus langit dunia hingga ke arsy-Nya, insyaAllah hati kita akan tenang, dan Allah pun akan menyayangi kita.

Jangan bekerja untuk manusia, Nak.
Bekerjalah seolah-olah Allah adalah atasan kita.

Ashraf 4 tahun, berfoto dengan Aba dan Bunda



Posting Komentar

0 Komentar