Hari itu, sekolah Aysel mengadakan Market Day, sebuah acara di mana anak-anak belajar berjualan dengan membawa produk buatan sendiri.
Di rumah, persiapan sudah dimulai beberapa hari sebelumnya. Bunda mengajak Aysel dan Ashraf untuk ikut serta dalam proses pembuatan bola coklat yang akan mereka jual.
"Jualan itu bukan cuma soal memberi dan menerima uang" kata Bunda, "Tapi juga tentang proses"
Aysel dan Ashraf sangat antusias. Mereka membantu mencampur bahan, membentuk bola-bola coklat dengan tangan mungil mereka, dan menggulingkannya di atas taburan meses warna-warni. Namun, ada sesuatu yang tidak diduga—bahan-bahan tiba-tiba 'hilang'.
"Kok bahannya kurang ya?" Bunda menggaruk bagian yang tak gatal, "padahal udah dipas-pasin"
"Kami makan!" Jawab Aysel dan Ashraf, polos.
Aysel dan Ashraf tertawa kecil. Bunda meminta mereka berdua untuk membeli bahan tambahan di warung sebelah rumah. Kali ini, tanpa ditemani Bunda.
"Kalian yang menghabiskan, kalian juga yang beli lagi ya," kata Bunda.
Aysel mengajak Ashraf. Dengan langkah kecil dan penuh percaya diri, mereka pergi ke warung. Ada rasa bangga di wajah mereka saat kembali membawa bahan. Mereka tidak hanya belajar membuat bola coklat, tapi juga belajar tanggung jawab.
Hari Market Day pun tiba. Aysel sedikit malu-malu saat berjualan. Ia duduk di meja, menunggu pembeli. Jika ada yang datang, ia menyerahkan bola coklat itu dengan tangan mungilnya dan dengan hati-hati menerima uang untuk disimpan di tas kecil yang ia bawa.
Namun, perannya di Market Day tidak hanya sebagai penjual. Ibu guru memberikan kesempatan bagi Aysel untuk menjadi pembeli juga.
Bunda membekalinya dengan uang Rp10.000 untuk membeli makanan. Dengan uang itu, ia membeli tiga coklat. Ketika pulang, baru saya tahu bahwa satu coklat untuk dirinya sendiri, satu untuk Ashraf, dan satu lagi untuk Bunda. Spontanitasnya dalam berbagi membuat saya tersenyum.
Di rumah, saya bertanya, "Aysel, gimana rasanya jualan?"
"Jualan itu seru!" jawabnya. "gampang ya cari uang."
Bunda yang mendengar itu ingin tertawa. Ia tahu bahwa dalam realita, mencari uang tidak sesederhana itu. Saya memutuskan untuk menambahkan sedikit pemahaman kepada Aysel.
"Iya, jualan itu memang seru. Dan cari uang itu gampang..." saya berhenti sejenak, "asalkan kita tahu caranya."
Aysel tampak berpikir. Mungkin ia belum sepenuhnya memahami, tapi saya tahu, di kepalanya, ia sedang mencoba merangkai makna dari pengalaman hari itu. Suatu saat nanti, mungkin ia akan mengingat Market Day ini bukan hanya sebagai hari menyenangkan, tapi juga sebagai pelajaran pertama tentang kerja keras, tanggung jawab, dan bagaimana mencari rezeki dengan cara yang baik.
Hari itu, Aysel belajar banyak hal. Tapi yang lebih penting, saya pun belajar darinya—tentang bagaimana anak-anak memandang dunia dengan sederhana, dan bagaimana sebuah pengalaman kecil bisa membentuk pemahaman yang lebih besar di masa depan.
0 Komentar