Advertisement

Responsive Advertisement

Apakah Mencium Tangan Adalah Perbudakan?

Kemarin lusa, program berjudul 'Xpose Uncensored' tayang di Trans 7. Program tersebut memanen ungkapan kecewa di media sosial. 


Warganet menilai bahwa program tersebut melecehkan nilai-nilai luhur Pondok Pesantren yang berkaitan dengan penghormatan pada Kiai.


Program tersebut menayangkan kompilasi video yang menyoroti kehidupan di Pesantren, khususnya Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.


Narator dalam program menggunakan narasi yang kontroversial, diantaranya adalah menyebut santri yang bersalaman kepada Kiai adalah bentuk feodalisme atau perbudakan.


Hal ini memancing reaksi keras dari elemen masyarakat-- terutama komunitas santri, alumni pesantren dan tokoh agama.


Saya pribadi setiap hari mencium tangan orang-orang yang saya muliakan ; orang tua, istri, anak-anak dan beberapa guru. Saya melakukannya karena saya menghormati mereka.


Tapi, jika mencium tangan bukan simbol perbudakan, mengapa para syaikh timur tengah menolak dicium tangannya oleh orang-orang Indonesia?


Bagi saya, tagar #BoikotTrans7 menunjukkan bahwa nurani masyarakat masih hidup. Buktinya pihak Trans 7 kerepotan dan harus menanggapi dengan serius. Mereka melakukan permohonan maaf secara tertulis. Belum lagi KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) menjatuhkan sanksi dengan alasan melanggar Pasal 6 P3 KPI 2012 dan Pasal 16 SPS KPI 212 tentang larangan melecehkan/merendahkan lembaga pendidikan, pendidik atau pengajar.


Di masa mahasiswa, saya pernah mendapat kuliah dari dosen timur tengah. Saya melihat langsung bagaimana gesitnya tangan syaikh menghindari mahasiswa yang hendak mencium tangannya.


Konon, para syaikh melakukan hal tersebut adalah untuk mengutamakan sunnah berjabat tangan (mushafahah). Dan konon, para syaikh melakukan itu sebagai bentuk tawadhu (menjaga kerendahan hati).


Di luar itu semua, muncul spekulasi lain yang berpendapat bahwa ini sebenarnya bukan soal cium tangan atau perbudakan. Ini adalah sebuah pengalihan isu KCIC atau Woosh yang tengah menjadi sorotan.


Bagi saya, poinnya bukan terletak pada isu etis seperti penghormatan atau isu politik seperti pengalihan fokus masyarakat. Bagi saya, hal ini merupakan indikasi adanya ketidakpahaman terhadap budaya pesantren---yang menurut saya sangat penting untuk kita pahami sebagai warga Indonesia.


Karena kemerdekaan Indonesia tidak lahir tiba-tiba. Jika ditelisik lebih jauh, ia lahir dari kehidupan pesantrian yang menjadikan cium tangan sebagai simbol penghormatan.


Jadi, apakah cium tangan adalah bentuk perbudakan?

Menurut saya, iya. Jika tangan yang kita cium adalah tangan-tangan feodal yang korup.



Ilustrasi murid SD mencium tangan bapaknya yang juga guru SD di tahun 1990. Gambar dibuat oleh Gemini AI.



Funfact, tulisan ini dibuat selama perjalanan saya bersama KCIC dari Stasiun Halim ke Stasiun Padalarang.


Posting Komentar

0 Komentar