DA III, Lembang Asri, Bandung. |
Beberapa orang mungkin alergi dengan masa orientasi atau kita sering
menyebutnya “Ospek” atau MOS (Masa Orientasi Sekolah). Terlepas dari segala
perasaan kesal dan malas menghadapi panitia, jika kita mencoba bijaksana, acara
ini ternyata ada manfaatnya juga^^
Sebagai mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Universitas
Pendidikan Indonesia(UPI), kami tidak lepas dari acara ini, tidak terkecuali
jurusan Pendidikan Bahasa Arab angkatan 2011.
Hari jum’at (29 Oktober 2011) kami memulai acara ini dengan berkumpul di
Gedung PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa). Waktu itu bertepatan dengan hari jum’at,
seusai shalat jum’at, kami langsung menuju Gedung PKM UPI dan mempersiapkan
acara Daurah Asassiyyah. Acara ini
berbentuk camping atau berkemah
selama dua hari satu malam di daerah Bandung Utara, tepatnya di kawasan Lembang
Asri.
Para peserta mulai berkumpul dan bersiap menuju tempat berkemah, kami
berangkat ke lokasi sekitar pukul 15.30 WIB dan tiba di lokasi sekita pukul
14.30 WIB, tentu setelah menempuh medan yang cukup menanjak dan terjal.
Sesampai disana, kami disambut dengan hujan deras, tetapi kami tetap
bersemangat mendirikan tenda dengan kerja sama tim. Alhasil kami berhasil
mendirikan tenda walau satu kali tenda kami dirubuhkan panitia karena tidak
layak di tempati.
Mentari telah tenggelam di barat,
dan waktu magrib telah datang, kami bergegas untuk shalat magrib berjama’ah
ditengah hutan yang begitu tenang. Seusai shalat magrib kami diberi waktu untuk
makan malam dengan waktu sepuluh menit, walaupun terlihat memaksa dan
menyebalkan, tetapi dari pengalaman tersebut, kami di ajarkan untuk tidak
menghamburkan waktu.
Ada yang menarik saat malam menjelang, kami berbaris dengan rapih sesuai
kelompok ditemani gelap dan dinginya angin malam. kami beradu mulut dengan
panitia bagian KomDis (Komisi Disiplin). Panitia menyuruh kami push up enam
puluh kali karena rekan kami terlambat membawa barang yang diinginkan panitia.
Tetapi hukuman ini tidaklah masuk akal, kami di hukum karena telat berbaris
sedangkan kami diberi waktu untuk berbaris hanya 15detik dan jarak yang
ditempuh cukup jauh dan medan pun gelap dan licin. Kami beradu mulut dengan
KomDis cukup lama, “bukankah Allah selalu menilai proses, bukan hasil?kami
telah berusaha untuk tidak telat!” begitu kataku membantah perkataan panitia.
kelompok 3, Ajiiib :D |
Akhirnya panitia kalah argumen, dan menganggap kami tidak menghargai
kinerja panitia, memang pengalihan pembicaraan yang sangat baik.
Setelah beradu mulut dengan
panitia. Kami dikumpulkan untuk malam kreasi seni, kami menampilkan kreasi seni
sesuai kelompok masing-masing. Yah acara ini cukup menghibur untuk melupakan
kejadian yang kami alami sebelumnya.
Malam semakin gelap, kami dipersilahkan untuk tidur di tenda
masing-masing kelompok, tentu laki-laki dengan laki-laki, dan perempuan dengan
perempuan. Sekitar dua jam setelah kami tidur, kami dibangunkan untuk berbaris
dilapangan, ternyata kami akan jurit
malam, atau mengelilingi dari satu pos ke pos yang lain diwaktu malam.
Malam itu terasa sangat dingin, air mineral dalam tas terlihat seperti
air dalam refrigerator, permukaan
luarnya berembun dengan air yang dingin yang menyejukan. Kami bergegas untuk
berbaris di lapangan sesuai intruksi, walau dengan sepatu yang masih basah,
kami bergegas menuju lapangan.
Singkatnya kami diberi intruksi agar mengunjungi semua pos yang
disediakan oleh panitia, pos pertama yang harus kami kunjungi adalah pos
tauhid, disana kami harus merenungkan sebuah “benda”. Kami berjalan menuju
“benda” yang diperintahkan. Karena satu kelompok dengan kelompok yang lain
mengantri, terpaksa kami menunggu sekitar sepuluh meter dari pos pertama. Saat
kami menunggu, kami mendengar suara aneh seperti suara orang yang sekarat.
Tentu kami kaget bercampur merinding, bayangkan ditengah hutan, dengan keadaan
yang gelap, dingin dan sepi, kami mendengar sesuatu yang tidak biasa. Bahkan
salah satu anggota kelompok kami mengalami ketakutan.
Dengan langkah optimis kami memberanikan diri menuju “benda” yang di
intruksikan oleh panitia. beberapa meter saja dari tujuan, kami dikagetkan oleh
“sesosok” makhluk aneh yang berdiri disamping jalan yang kami lalui. Ternyata
suara aneh tadi berasal dari “makhluk” tadi! Dengan warna tubuh putih, dan muka
yang samar terlihat, ia terus melihat kearah kami dan mengeluarkan suara yang
seperti orang sekarat. Teman kami bertambah ketakutan.
Akhirnya kami tiba ditempat benda yang harus kami renungkan, ternyata
benda itu adalah sebuah meja mirip tempat pemandian jenazah, terbuat dari bambu
dan diselimuti kain sarung dan samping (batik sunda). Kami berfikir, apa yang
harus kami lakukan dengan benda itu, kami melihat apa yang sebenarnya ditutupi
kain itu, setelah kami lihat, ternyata isinya hanya tumpukan kain saja. Kami memikirkan
tentang benda itu, akhirnya kami menemukan kesimpulan bahwa benda itu hanya
benda biasa yang tidak bisa dikeramatkan keberadaanya.