“Kali ini saya ingin sekali
berbagi pengalaman bagaimana saya ditunjuk sebagai ketua rombongan Praktek
Kependidikan dan Khidmah Jamiyyah (PKKJ) yang dilaksanakan pada akhir
pembelajaran di Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung”
Menjadi ketua atau pemimpin
sebenarnya tidaklah mudah, tidak semudah orang-orang menginginkan jabatanya.
Hakikatnya ketua adalah orang yang memfasilitasi usulan anggota dengan cermat
disertai pertimbangan-pertimbangan kepentingan umum.
Praktek Kependidikan dan Khidmah Jam’iyyah
memang suatu program yang sudah masuk kedalam kurikulum Pesantren Persatuan
Islam, pasalnya pada program itu saya terpilih menjadi ketua kelompok. Saya
adalah ketua kelompok 4 dengan dua puluh satu anggota, sembilan orang laki-laki
dan sebelas orang perempuan.
Dengan modal kemampuan memimpin
yang dikembangkan di organisasi intra sekolah Rijaalul Ghad (setingkat
OSIS), saya mulai menerapkan fungsi POAC (planing,organizing,actuating &
controling). Saya mulai menggelar rapat kelompok sekitar satu bulan sebelum
PKKJ dimulai, dengan bahasan persiapan mental, perlengkapan dan peralatan
tambahan. Menjadi pemimpin memang tidak semudah menyuruh bebek untuk berbaris,
kadang dalam beberapa pembahasan rapat ada beberapa anggota tidak menghadiri
rapat. Kejadian ini memaksa saya untuk memutar otak dan membuat terobosan yang
jitu.
Orientasi dari program ini adalah
pendidikan dan pengabdian pada masyarakat, saya mulai menyusun rencanan untuk
membuat divisi-divisi untuk mengurus bagian yang berbeda sesuai fungsi yang
saya buat. Saya membagi divisi dalam delapan fungsi :
1.
Sekretaris,
berfungsi mencatat dan mengolah data dari divisi.
2.
Bendahara, mengatur
sirkulasi keuangan.
3.
Divisi Da’wah,
mengatur jadwal dan persiapan Da’wah(ceramah) anggota.
4.
Divisi Pendidikan,
mengatur jadwal mengajar setiap anggota dan melakukan pembinaan persiapan
mengajar.
5.
Divisi Logistik,
mengurus alat-alat untuk keperluan Praktek.
6.
Divisi Dokumentasi,
mengurus kearsipan praktek dan dokumentasi selama kegiatan.
7.
Divisi Konsumsi,
mengurus dan bertanggung jawab atas pengadaan makanan selama praktek
8.
Ketua Rumah,
bertanggung jawab atas kegiatan anggota dalam rumah (karena rumah laki-laki dan
perempuan tentu saja dipisah)
Pertama kali kami menginjakan kaki di tempat melaksanakan
praktek, saya dan sebagian anggota berkeliling menemui warga sekitar agar bisa
untuk menyesuaikan diri di tempat praktek, alhamdulillah dampaknya warga
sekitar menyambut dengan baik, karena merasa di”hargai” sebagai penduduk lokal.
Sementara saya berkeliling, anggota yang lain ada yang beres-beres rumah,
menyiapkan makan malam dan menyusun agenda di hari esok.
Menjadi pemimpin dalam praktek ini sangat berbeda dibanding
menjadi ketua sebuah acara atau ketua kelas, dimana kita harus selalu
memikirkan bagaimana keadaan anggota. Bagaimana jika anggota mengalami
kesulitan dalam praktek? bagaimana jika anggota jatuh sakit?bagaimana jika
anggota telat untuk makan?dan fikiran-fikiran lain yang akan menguras otak
selama dua pekan.
Sampai akhirnya kami cukup sukses menyelesaikan praktek
selama dua pekan, dengan indikator warga disana terutama murid-murid begitu
merindukan kami.
Saya mendapat satu kesimpulan yang begitu berharga, ternyata
dalam memimpin bukan sebuah gengsi(kebanggaan)menjadi ketua, bukan pula sebuah
beban berat yang tidak dapat diemban, menjadi pemimpin adalah hakikat dari
sebuah pengabdian terhadap anggota, menjalankan tugas dengan baik, dan membuat
anggota merasa aman dan nyaman.
“Dua pekan saya dikader menjadi pemimpin oleh teman-teman
yang juga adalah anggota kelompok, guru-guru sekolah setempat yang juga menjadi
instruktur “pengkaderan”, alam yang sangat membantu pada pengkaderan fisik,
juga situasi yang memicu perkembangan mental.”